Kamis, 31 Desember 2015

Tersesat di Jalan


Peribahasa malu bertanya sesat di jalan, mungkin ada benarnya. Dan saya yakin banyak orang yang sudah membuktikannya. Tidak terkecuali saya sendiri. Membuktikan sebuah peribahasa tidaklah sesulit kita membuktikan teori ataupun tesis. Hanya butuh modal nekad saya pikir.
Kejadian ini saya alami pada saat semester tiga bangku perkuliahan di sebuah institut di surabaya. Saya merupakan orang daerah, jadi belum begitu terbiasa dengan kehidupan di kota. Di daerah saya, angkutan umum dapat di hitung jenisnya paling ada 5-6 armada yang memiliki rute berbeda. Tidak sama halnya dengan angkutan kota yang ada di Surabaya mungkin ada belasan atau lebih armada angkutan kota yang memiliki rute berbeda belum lagi ada bus kota dan sebagainya.
Selama setahun saya menetap di Surabaya tidak sering saya meluangkan waktu untuk sekedar berjalan-jalan mengitari kota surabaya untuk mencari tahu jalan-jalan di surabaya. Untuk angkutan umum yang saya ketahui pun sedikit. Paling hanya angkutan Lyn WK saja yang saya hapal betul rutenya. Karena angkutan ini memiliki rute yang setiap mahasiswa di kampus saya pasti tahu. Angkutan ini menghubungkan Stasiun pasar turi dan kampus saya. Jadi untuk urusan pulang kampung inilah angkutan umum yang paling saya andalkan. Karena menaiki angkutan kota hanya membutuhkan biaya yang relatif sedikit. Ini adalah hal yang paling lumrah dicari oleh mahasiswa yaitu mencari yang murah dan maklum saya sendiri berfikir daripada mengeluarkan uang lebih untuk naik ojek ataupun taksi lebih baik saya cadangkan uang tersebut untuk keperluan lainnya.
Setelah setahun lebih saya menetap di kota surabaya, dan dalam masa setahun lebih itupun saya belum mengerti jalan-jalan yang ada di surabaya. Saya mengalami kejadian nahas. Apabila sebelumnya saya selalu menaiki kereta api yang berhenti di stasiun pasar turi. Atau menaiki bus dan turun di pasar loak. Keduanya sama saja dari sana biasanya saya menaiki angkutan Lyn WK. Jadi saya tidak perlu repot-repot mencari tahu rute angkutan kota lainnya. Pada hari itu ternyata saya kehabisan tiket kereta dan sialnya pula bus yang saya harapkan pun kehabisan tiket. Mau tidak mau saya mencari alternatif bus lainnya. Akhirnya saya menemukan bus dengan tujuan surabaya akan tetapi melalui jalur selatan ( tidak seperti biasanya yang melewati jalur pantura ). Mau tidak mau saya tidak bisa turun di pasar loak seperti biasa, karena bus ini tidak melaluinya.

Berangkat menggunakan bus 
Berangkat malam hari sekitar pukul 9 malam dari kota Tegal,  saya menaiki bus dengan tujuan surabaya dengan rute Tegal – Semarang – Solo – Surabaya. Hampir menyesal saya menaiki bus ini. Tempat duduk di bus ini adalah 2 – 3 tidak seperti busa yang biasa saya naiki yaitu 2 – 2. Saya duduk di posisi tempat duduk 3 dan di tengah. Parahnya lagi kaki saya mungkin terlalu panjang untuk ukuran tempat duduk bus itu. Alhasil kaki saya harus menekuk sepanjang perjalanan. Bisa dibayangkan seperti apa jadinya selama hampir 13 jam saya tidak dapat meluruskan kaki saya.
Singkat cerita akhirnya sampailah saya di surabaya di terminal bungurasih.

Terminal bungurasih ( sumber : jawapos.com )

 Saya masih ingat pesan teman saya. “Ketika di terminal pasanglah muka songong (sombong) dan sok tahu jalan, ini berguna untuk menghindari penipuan”. Menurut saya hal ini tidak sepenuhnya salah dan akhirnya saya turuti saran teman saya itu. Untuk tahu angkutan kota yang harus saya naiki akhirnya saya membuka HP saya dan mencari tahu cara menuju kampus saya dari terminal bungurasih. Ternyata dari terminal ini saya ketahui bahwa saya perlu oper berapakali angkutan umum untuk sampai di kampus saya. Dengan muka songong dan sok tahu jalan saya mengabaikan dengan sopan setiap orang yang menawari saya tumpangan ( supir2 angkutan umum, ojek dan sebagainya maksudnya ya ). Saya terus berjalan sampai depan terminal dan sok tahu langsung menaiki angkutan umum sesuai di petunjuk blog yang saya lihat di internet menuju terminal joyoboyo. Di petunjuk berikutnya dari terminal joyoboyo saya naik angutan kota Lyn S untuk sampai di Kampus saya. Memang saya seringkali melihat angkutan Lys S ini berseliweran di kampus jadi saya langsung percaya dengan blog ini.
Sesampainya di terminal joyoboyo langsung naik Lys S saja dan saya akan sampai kampus pikir saya. Tetapi terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Kenyataannya tidak ada satupun angkutan umum dengan lambang S yang saya jumpai menunggu dari jam 11 hingga jam 2 tidak membuahkan hasil. Daripada sampai sore saya tidak sampai-sampai kosan apalagi saya membawa barang lumayan banyak akhirnya saya putuskan melupakan pesan teman saya untutk berperilaku songong dan sok tahu jalan itu. Saya bertanya pada seorang supir angkutan umum lainnya. Beliau mengatakan “ yo, emang Lyn S kuwi suwe ngentenine, ngenteni ae wes mas” (iya Lyn S memang harus menunggu agak lama, ditunggu saja mas). Akhirnya saya pun menurut. Menunggu sekitar 15 menit membuat saya kegerahan akhirnya saya put kan untuk bertanyanya pada ibu penjual es. Kali ini saya bertanya untuk ke kampus saya  kira-kira bisa naik angkutan apa ya bu selain Lyn S karena memang sudah lama saya tunggu tidak ada. Ibunya tidak menjawab dan memanggil seorang pria, mungkin suaminya. Bapaknya berbaik hati mengatakan pada saya agar diantar saja 25.000 sampai kampus saya. Waduh, bapaknya memang baik hati tetapi ini adalah kata-kata yang paling ditakuti oleh mahasiswa sekaliber saya.... yaitu jumlah nominalnya. Apabila saya naik Lyn S saya hanya perlu membayar 4.000 hingga 5.000 rupiah saja. Akhirnya saya menolak tawaran bapaknya dengan sopan. Akhrinya dengan setengah putus asa saya berjalan, harapannya tiba-tiba ada teman yang lewat ataupun ada angkutan Lyn S lewat.

Ada harapan
Syukur setelah berjalan sebentar meskipun bukan salah satu harapan saya ( teman datang atau ada Lyn S ) saya sekilas melihat angkutan dengan jurusan Pasar Turi. Nah kalau saya naik ini baru, pasti saya bisa sampai kosan saya. Akhirnya saya naik angkutan tersebut di perjalanan saya diajak ngobrol oleh bapak yang sudah lumayan sepuh. Obrolannyapun sungguh memotivasi. Ingat satu pesan yang beliau katakan agar tetap prihatin dengan keadaan orang tua dan belajar dengan giat. Hehe mungkin saat ini saya belum sepenuhnya bisa menjalankan pesan dari bapak tersebut ( maaf ya pak, tetapi saya akan terus berusaha ). Singkat cerita akhirnya saya sampai di Pasar Turi dan akhirnya saya menaiki Lyn yang sudah tidak asing lagi bagi saya yaitu Lyn WK. Akhirnya sampailah saya di kosan dengan selamat alhamdullilah.
Sepulangnya ke kosan saya mampir ke warung makan yang biasa saya datangi untuk makan karena memang saya sudah sangat lapar dari tadi malam hingga saat ini jam 16.00 saya belum makan apapun. saya disapa oleh pemilik warung makan ini katanya, darimana mas kok jadi lebih item di tegal panas ya.... hahaha sangat miris saya mendegarkan pertanyaan ataupun pernyataan dari pemilik warung ini.  Akhirnya saya memberitahu kejadian yang saya alami hari itu. Ibu pemiliknya bilang harusnya mas turun di bungurasih naik bus kota ke terminal bratang dari teminal bratang baru naik Lyn S, di joyoboyo ngga ada Lyn S yang lewat dan kalau bingung mending tanya supir angkutan umum saja. Waduh saya berarti mengikuti petunjuk pikir saya.
Ya sudahlah buat pengalaman baru saja. Kapan-kapan saya akan bertanya agar tidak terseat di jalan (dijalan beneran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar